top of page
Writer's pictureIRON FIRE

TODAY'S PERSPECTIVE

Enam Tahun Setelah Paris Agreement Disepakati, Bagaimana Hasilnya?


Oleh: Rafika Wahyu Andani


Momentum global perubahan iklim yang terangkum dalam sebuah pakta bernama Paris Agreement disepakati pada tahun 2015. Sebanyak 197 negara menandatangani pakta ini dengan mempertimbangkan prinsip Common but Differentiated Responsibilities and Respective Capabilities.[1] Tiap negara harus membuat kebijakan dan aksi iklim untuk mencegah laju peningkatan suhu bumi hingga di bawah 2 derajat celcius dan berupaya dalam membatasi perubahan temperatur agar tidak melewati ambang batas 1,5 derajat celcius dibandingkan masa sebelum Revolusi Industri. Singkatnya, pakta ini mendorong bangsa-bangsa untuk menekan jumlah produksi gas karbon dioksida guna mencegah meningkatnya suhu global. Setelah kurang lebih enam tahun eksis di dunia internasional, pakta ini memunculkan pertanyaan dari berbagai pihak soal keberhasilannya. Bagi banyak orang, Paris Agreement sukses mencerminkan pengakuan universal dan eksplisit negara-negara di dunia bahwa perubahan iklim adalah masalah yang serius, tetapi perjanjian tersebut masih belum cukup untuk menyelesaikan masalah perubahan iklim.[2] Lantas, apakah tingkat emisi karbon global mengalami penurunan?


Jawabannya adalah tidak. Emisi karbon terus meningkat, United Nations Environment Programme (UNEP) melaporkan bahwa emisi meningkat dari 50 miliar ton pada tahun 2015 menjadi 55 miliar ton pada tahun 2019.[3] Penurunan yang cukup drastis terjadi pada akhir tahun 2020 ketika dunia tengah diguncang pandemi Covid-19, emisi karbon dioksida mengalami penurunan hingga 7%, atau sekitar 2,4 miliar metrik ton yang mana merupakan penurunan terbesar yang pernah ada.[4] Hal tersebut tampaknya hanya terjadi sekali apabila menilik kembali laporan UNEP yang mengatakan bahwa beberapa negara merencanakan mengucurkan dana untuk melakukan peningkatan produksi sebesar 2% per tahun dan negara-negara G20 memberikan 50% lebih banyak pendanaan untuk mencegah resesi daripada mengembangkan sumber energi yang ramah lingkungan.[5]


Negara-negara industri berperan besar dalam memberikan sumbangan emisi karbon global. Meskipun telah meratifikasi Paris Agreement, nyatanya angka emisi karbon mereka tetap mengalami peningkatan. Misalnya, Amerika Serikat (AS) dan Cina. Hingga tahun 2019, Cina menyumbang sebesar 10,17 miliar ton sedang AS menyumbang sebesar 5,28 miliar ton emisi karbon.[6] Keluarnya AS dari Paris Agreement di masa pemerintahan Donald Trump membuat keberadaan pakta ini menjadi semakin dipertanyakan. Trump mengingkari perjanjian ini, mengatakan bahwa pakta ini telah merugikan AS di sektor ekonomi tanpa memberikan hasil yang berarti. Namun, AS kembali bergabung ke dalam Paris Agreement di masa pemerintahan Joe Biden, tindakan tersebut mematahkan anggapan Trump bahwa Paris Agreement merugikan perekonomian AS.


Paris Agreement adalah permulaan, definisi dari optimisme bahwa penggunaan bahan bakar fosil dapat dihentikan, tetapi dengan harga yang mahal. Perubahan iklim bukanlah tipuan, dampaknya nyata dirasa dunia. Sama nyatanya dengan naiknya permukaan air laut yang membahayakan nyawa puluhan juta orang, sama nyatanya dengan badai yang semakin ganas dan tidak stabil. Sama seperti kekeringan berkepanjangan yang terus memperburuk situasi politik dan ekonomi suatu negara karena dunia terus memuntahkan gas karbon dioksida yang memerangkap panas udara.


Aktivitas manusia selama beberapa dekade terakhir perlu dikaji ulang. Bangsa-bangsa industri awal yang mengumpulkan kekayaan dari hasil industri memikul beban yang sangat berat yang tidak hanya bertanggung jawab akan penurunan gas emisi tetapi juga membantu negara-negara berkembang menuju ke arah energi terbarukan. Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) mengatakan angka emisi harus turun 7,6% setiap tahun pada 2030 agar kenaikan suhu tidak melebihi angka yang lebih ambisius dari target, yakni 1,5 derajat Celcius. Hal tersebut berlawanan dengan laporan kesenjangan emisi yang dikeluarkan PBB yang mengatakan bahwa suhu global masih akan naik hingga 3,2 derajat Celcius pada akhir abad ini. Meskipun semakin banyak kawasan yang mulai menggunakan energi terbarukan dalam sektor transportasi dan listrik pemerintah harus membantu sektor industri untuk mengembangkan energi terbarukan, mendorong infrastruktur baru untuk mengakomodasi perubahan, membantu masyarakat melakukan transisi metode transportasi dan sumber energi. Dunia perlu bekerja sama untuk mengakhiri ekstraksi bahan bakar fosil.

[1] Melissa Denchak. 2021. “Paris Climate Agreement: Everything you need to know”. Diakses melalui https://www.nrdc.org/stories/paris-climate-agreement-everything-you-need-know pada 12 Juni 2021. [2] Catherine Devitt. 2015. “The Paris Agreement: Successes, disappointments, and the road ahead”. Diakses melalui https://www.ecojesuit.com/the-paris-agreement-successes-disappointments-and-the-road-ahead/ pada 21 Mei 2021. [3] Natasha Luther Jones dkk., “Five years into the Paris Agreement – Success or stalling?”. Diakses melalui https://www.lexology.com/library/detail.aspx?g=05b01509-0ca1-4d0c-8962-9fe1cc16ce03 pada 21 mei 2021. [4] “Pecahkan rekor, emisi karbon global turun 7 persen di masa pandemi”. Diakses melalui https://www.dw.com/id/emisi-karbon-global-tahun-2020-turun-7-persen/a-55902041 pada 21 Mei 2021. [5] Natasha Luther Jones dkk., “Five years into the Paris Agreement – Success or stalling?”. Diakses melalui https://www.lexology.com/library/detail.aspx?g=05b01509-0ca1-4d0c-8962-9fe1cc16ce03 pada 21 mei 2021. [6] “emisi CO2”. Diakses melalui https://ourworldindata.org/co2-emissions pada 21 Mei 2021.

30 views0 comments

Recent Posts

See All

TODAY'S PERSPECTIVE

Euthanasia Tourism As Assisted Suicide Travel by: Vivi Diah Respatie Euthanasia is complicated thing to be discussed. It is because the...

TODAY'S PERSPECTIVE

Krisis Iklim Tanggung Jawab Siapa? Oleh: Danis Nur Azizah Perubahan iklim adalah proses yang menimbulkan dampak negatif bagi kehidupan di...

TODAY'S PERSPECTIVE

Peran International Labour Organization (ILO) dalam Melindungi Buruh Migran Indonesia di Arab Saudi Oleh: Rayhan Fasya Firdausi...

Comments


bottom of page