top of page
Writer's pictureIRON FIRE

TODAY'S PERSPECTIVE

Updated: Apr 18, 2021

Huru - Hara Kesetaraan Gender di Asia Selatan

Rania Nabilla Putri


Beberapa hari yang lalu, tepatnya tanggal 31 Maret World Economic Forum merilis Global Gender Gap Report 2021. 156 negara dinilai menggunakan empat indikator penilaian yaitu kesempatan ekonomi, kekuatan politik, pendidikan, dan kesehatan. Keempat indikator ini dinilai 1 – 100 yang digunakan untuk menilai seberapa jauh jarak yang harus ditempuh agar tidak ada kesenjangan gender di negara tersebut. Dari data itu, kawasan Asia Selatan merupakan kawasan dengan kesenjangan gender terbesar bersama Timur Tengah dan Afrika Utara. Di tahun ini, Afghanistan dan Pakistan berada di tingkat terbawah dari 156 negara. Seperti yang kita ketahui, kawasan Asia Selatan masih sangat jauh dari kesetaraan gender, masih sering terjadi banyak kasus seperti pemerkosaan, pelecehan seksual, dan pembunuhan terhadap perempuan yang dianggap lumrah di negara - negara di kawasan Asia Selatan. Hal ini berkaitan dengan kedudukan wanita yang masih dipandang rendah oleh masyarakat. Bahkan, berdasarkan data dari The Thomson Reuters Foundation 2018, India menduduki peringkat pertama dari Most Dangerous Countries for Women.[1] Pada tahun 2017, India juga termasuk dalam 10 besar negara dengan kejahatan pemerkosaan tertinggi di dunia menurut World Population Review.[2]Selain itu, tidak hanya India, kekerasan terhadap perempuan juga masih sangat sering dijumpai di Pakistan. Menurut laporan dari Human Rights Watch di tahun 2019, diperkirakan setiap tahunnya ada sekitar 1.000 pembunuhan yang dilakukan atas nama ‘kehormatan keluarga’ di Pakistan. Dalam laporan itu juga di sebutkan bahwa 900 perempuan mengalami tindak kekerasan seksual dan hampir 800 perempuan melakukan atau mencoba bunuh diri.[3]


Banyaknya jumlah kasus pemerkosaan, kekerasan seksual, dan pembunuhan perempuan ini memunculkan pertanyaan besar dimana sebenarnya hak asasi perempuan di negara tersebut. Hak asasi perempuan ini seakan - akan hilang bersamaan dengan hilangnya nyawa perempuan ditangan para pelaku tindak kejahatan. Beberapa negara di kawasan Asia Selatan mencoba untuk menegakkan kembali hak asasi perempuan tersebut melalui undang-undang baru. Pada bulan Oktober 2016, Pakistan mengesahkan RUU mengenai hukuman penjara seumur hidup bagi para pelaku pembunuhan demi kehormatan. Beberapa bulan sebelumnya, pada Februari 2016, salah satu provinsi di Pakistan juga mengesahkan undang - undang yang memidanakan segala bentuk kekerasan terhadap perempuan. Akan tetapi, hal ini ditentang oleh lebih dari 30 kelompok agama yang mengancam akan melancarkan protes apabila undang-undang tersebut tidak dicabut. Kelompok agama tersebut mengatakan bahwa UU itu akan semakin meningkatkan tingkat perceraian dan menghancurkan sistem keluarga tradisional di Pakistan. [4] Hal tersebut dapat membuktikan bahwa pudarnya hak asasi perempuan juga disebabkan oleh eratnya pengaruh budaya patriaki dan misoginis yang telah mendarah daging di sebagian besar negara kawasan Asia Selatan. Budaya patriakis dan misoginis yang termasuk dalam sistem keluarga ini membuat tindakan kekerasan sekaligus ‘memenjarakan’ perempuan dinilai wajar dan pantas untuk dilakukan. Hal ini juga menyebabka banyaknya kasus pemerkosaan di India, di mana masyarakat India sangat menganut sistem patriakis. Hidup perempuan di India masih ditentukan oleh suami atau pihak keluarga laki-laki, tidak peduli bahwa perempuan tersebut memiliki hak untuk menentukan hidupnya sendiri, mengakses pendidikan, dan bebas untuk berbicara.


Maka dari itu, melihat hak mereka direnggut oleh sistem patriaki dan misoginis, banyak perempuan di Asia Selatan berjuang untuk mendapatkan kembali hak mereka. Perempuan - perempuan ini tidak takut untuk menyuarakan aspirasi mereka demi kehidupan yang lebih baik tanpa ketakutan dan belenggu dari laki - laki. Meskipun demikian, pada akhirnya nasib perempuan - perempuan hebat ini harus berakhir tragis, seperti Freshta Kohistani, Ia merupakan seorang aktivis hak perempuan di Afghanistan yang dibunuh oleh pria bersenjata tak dikenal di provinsi Kapisa Utara. Kohistani gencar memimpin protes berkaitan dengan hak perempuan yang bertujuan untuk meningkatkan kesadaran masyarakat di media sosial tentang kekerasan terhadap perempuan di Afghanistan.[5] Hal serupa tapi tak sama juga dialami oleh Malala Yousafzai, seorang pegiat HAM yang sangat vokal meyuarakan hak-hak anak perempuan untuk mengenyam pendidikan. Pada tahun 2012, Malala hampir tewas tertembak militan Taliban yang saat itu menguasai wilayah Pakistan.[6] Bercermin dari dua kasus di atas, dapat dibayangkan betapa besarnya ancaman bagi para perempuan untuk memperjuangkan haknya di tanah kelahiran mereka sendiri.

[1] Laura Begley, “20 Most Dangerous Places For Women Travelers.”, https://www.forbes.com/sites/laurabegleybloom/2019/07/26/20-most-dangerous-places-for-women-travelers/?sh=4386a632c2f4 diakses pada 4 April 2021. [2] Hari Ariyanti, “Negara dengan Kasus Pemerkosaan Tertinggi di Dunia, India tak Masuk 10 Besar”, https://www.merdeka.com/dunia/negara-dengan-kasus-pemerkosaan-tertinggi-di-dunia-india-tak-masuk-10-besar.html diakses pada 4 April 2021. [3] ____, “Meningkat, Pembunuhan demi Kehormatan di Pakistan.”, https://www.bbc.com/indonesia/dunia/2016/04/160402_dunia_pakistan_honour_killing diakses pada 4 April 2021. [4] Ibid. [5]Miranti Kencana, “Aktivis HAM Wanita Ditembak Mati Pria Bersenjata di Afghanistan.”, https://www.kompas.com/global/read/2020/12/25/103851570/aktivis-ham-wanita-ditembak-mati-pria-bersenjata-di-afghanistan?page=all diakses pada 7 April 2021. [6]____, “Malala: Perempuan korban Taliban itu ‘mudik’ ke Pakistan untuk pertama kali.”, https://www.bbc.com/indonesia/dunia-43579088 diakses pada 7 April 2021.





REFERENSI

____. Malala: Perempuan korban Taliban itu ‘mudik’ ke Pakistan untuk pertama kali, Diambil dari https://www.bbc.com/indonesia/dunia-43579088 diakses pada tanggal 7 April 2021.


____. Meningkat, Pembunuhan demi Kehormatan di Pakistan., Diambil dari https://www.bbc.com/indonesia/dunia/2016/04/160402_dunia_pakistan_honour_killing diakses pada tanggal 4 April 2021.


Ariyanti, Hari.Negara dengan Kasus Pemerkosaan Tertinggi di Dunia, India tak Masuk 10 Besar, Diambil dari https://www.merdeka.com/dunia/negara-dengan-kasus-pemerkosaan-tertinggi-di-dunia-india-tak-masuk-10-besar.html diakses pada tanggal 4 April 2021.


Begley, Laura. 20 Most Dangerous Places For Women Travelers, Diambil dari https://www.forbes.com/sites/laurabegleybloom/2019/07/26/20-most-dangerous-places-for-women-travelers/?sh=4386a632c2f4 diakses pada tanggal 4 April 2021.


Kencana, Miranti. Aktivis HAM Wanita Ditembak Mati Pria Bersenjata di Afghanistan., Diambil dari https://www.kompas.com/global/read/2020/12/25/103851570/aktivis-ham-wanita-ditembak-mati-pria-bersenjata-di-afghanistan?page=all diakses pada tanggal 7 April 2021.


24 views0 comments

Recent Posts

See All

TODAY'S PERSPECTIVE

Euthanasia Tourism As Assisted Suicide Travel by: Vivi Diah Respatie Euthanasia is complicated thing to be discussed. It is because the...

TODAY'S PERSPECTIVE

Krisis Iklim Tanggung Jawab Siapa? Oleh: Danis Nur Azizah Perubahan iklim adalah proses yang menimbulkan dampak negatif bagi kehidupan di...

TODAY'S PERSPECTIVE

Enam Tahun Setelah Paris Agreement Disepakati, Bagaimana Hasilnya? Oleh: Rafika Wahyu Andani Momentum global perubahan iklim yang...

Comments


bottom of page