top of page
Writer's pictureIRON FIRE

TODAY'S PERSPECTIVE

DAMPAK GLOBALISASI DI BIDANG SOSIAL DAN BUDAYA DI NEGARA JEPANG

OLEH : FARAH RIZKY FARHANAH


Masyarakat dunia kini semakin terhubung dengan mudah sebagai hasil dari berjalannya proses globalisasi. Sebagai contoh ialah semakin cepat dan masifnya informasi tersebar ke berbagai belahan dunia. Selain masifnya informasi, globalisasi juga berlangsung dalam berbagai ruang kehidupan, seperti bidang budaya, ekonomi, politik. Walaupun terkadang kemunculan berbagai aspek negatif dari proses globalisasi terkhusus di negara berkembang. Seringkali memunculkan skeptisisme[1] terhadap globalisasi itu sendiri yang diidentikkan sebagai sebuah ancaman. Akan tetapi jika dicermati secara lebih dalam perkembangan yang terjadi dalam dunia internasional akan didapatkan sebuah kenyataan penting bahwasannya globalisasi juga membuka peluang bagi negara berkembang untuk memanfaatkan globalisasi demi kemaslahatan negara tersebut. Peluang tersebut sudah berupaya ditangkap oleh sejumlah negara di Kawasan Asia Timur seperti Jepang dan Korea. Salah satu contohnya adalah negara Jepang. Sebagai negara yang tidak memiliki sumber daya alam yang melimpah Jepang harus mengembangkan berbagai inovasi agar negaranya dapat bersaing dalam kancah global. Salah satu kesuksesan Jepang ialah mencoba menjual produk budayanya ke dunia internasional.


Pengalaman Jepang sebenarnya merupakan bukti bahwasanya globalisasi bukan hanya menyimpan ancaman tapi juga peluang. Negara tersebut terbukti mampu mengembangkan potensi budayanya sebagai komoditi yang layak jual di pasar internasional. Sebagian dari implikasinya tersebut mendapatkan keuntungan yang menjanjikan bagi perekonomian mereka, selain juga semakin meningkatkan kepercayaan diri masyarakat akan keunggulan budaya yang dimiliki oleh negara tersebut. Selain itu, aliran budaya dari Jepang ke berbagai belahan dunia, khususnya Asia, merupakan fenomena yang menarik untuk dibahas pada zaman globalisasi ini. Bagaimana budaya Jepang itu bisa tersebar meluas ke berbagai belahan dunia, salah satunya dengan terjadinya human-dispersal dari Jepang sejak abad ke-15, serta peningkatan ekonomi Jepang sejak tahun 1960-an, yang telah memicu emigrasi penduduk Jepang ke berbagai wilayah dunia. Kemudian, dengan didukung oleh perkembangan teknologi informasi dan internet pada zaman globalisasi, penyebaran budaya itu pun semakin mudah dan cepat.


Penyebaran informasi melalui internet di Jepang mencapai perkembangan pesat sejak akhir tahun 1990-an. Pada saat itu surat kabar, majalah, siaran berita, sudah bisa dinikmati langsung melalui internet. Apa yang terjadi di belahan dunia manapun bisa diketahui dengan mudah melalui internet.[2] Selain itu, aliran "imaji" yang ditawarkan oleh media massa, komodifikasi budaya yang mengarah kepada budaya konsumtif, semakin meningkat dengan didukung oleh teknologi informasi ini. Siapa saja yang bisa berhasil mengkonstruksi "imaji" dengan baik, maka ia akan mendapat posisi yang kuat, sehingga legitimasi prinsip modern, yang membedakan yang kuat dan lemah, atau yang pusat atau pinggiran, menjadi hilang pada zaman globalisasi ini.


Globalisasi dapat dikatakan layaknya pisau yang bermata dua, dimana satu sisi berpotensi menjadi ancaman terkhusus bagi negara berkembang. Berbagai fenomena menunjukkan kecenderungan ke arah ini seperti masuknya berbagai ritel asing yang mengancam pasar tradisional di sejumlah negara seperti Indonesia dan India. Akan tetapi di sisi lain globalisasi dapat menjadi peluang bagi kemaslahatan bangsa. Salah satunya dari negara Jepang yang sudah cukup menjadi contoh bagaimana negara Asia tersebut mampu mengoptimalisasikan potensi budayanya sehingga meningkatkan citra positif bagi negara tersebut.

[1] Skeptisisme adalah paham yang memandang sesuatu selalu tidak pasti (meragukan, mencurigakan), contohnya: kesulitan itu telah banyak menimbulkan skeptisisme terhadap kesanggupan dalam menanggapi gejolak hubungan internasional. [2] Murai, 2008: 15-16





DAFTAR PUSTAKA


Moehkardi. (2011). Sendratari Ramayana Prambanan Seni dan Sejarahnya. Kepustakaan Populer Gramedia: Jakarta.


Porter, M. E. (1990). The Competitive Advantage of Nations. Free Press: New York.


Prakash, A. & V. . B. S. (2011). Glocalization In Food Business: Strategies Of Adaptation To Local Needs And Demands. Asian Journal of Technology & Management Research, 1(1).


Raule, R. (2011). Top 10 Foreign McDonald’s Menu Items. https://www.toptenz.net/top-10-foreign-mcdonalds-menu-items.php, diakses 28 Februaru 2021.

23 views0 comments

Recent Posts

See All

TODAY'S PERSPECTIVE

Euthanasia Tourism As Assisted Suicide Travel by: Vivi Diah Respatie Euthanasia is complicated thing to be discussed. It is because the...

TODAY'S PERSPECTIVE

Krisis Iklim Tanggung Jawab Siapa? Oleh: Danis Nur Azizah Perubahan iklim adalah proses yang menimbulkan dampak negatif bagi kehidupan di...

TODAY'S PERSPECTIVE

Enam Tahun Setelah Paris Agreement Disepakati, Bagaimana Hasilnya? Oleh: Rafika Wahyu Andani Momentum global perubahan iklim yang...

Comments


bottom of page