top of page
Writer's pictureIRON FIRE

TODAY'S PERSPECTIVE

Sama Menakutkan Ataukah Lebih Berbahaya Dari Covid-19?

Oleh : Rifanti Zulfaniah


Wabah Covid-19 telah menghawatirkan masyarakat dunia, di mana tercatat pada 9 April 2020 sebanyak 1.395.136 terkonfirmasi terjangkit virus Covid-19. Di Indonesia sendiri angka pasien positif Covid-19 semakin meningkat yakni mencapai 3.293 dengan angka kematian yang cukup tinggi pula yakni 280 orang. Awalnya, Covid-19 dinilai hanya akan dilokalisasi di Cina saja, akan tetapi kenyataannya Covid-19 telah menyebar ke seluruh dunia akibat mobilisasi banyak orang. Di tengah kekacauan bencana Covid-19, ada bahaya lain yang tidak kalah menakutkan akibat Covid-19 yakni terulangnya krisis ekonomi global bahkan mungkin lebih besar. Sektor ekonomi menjadi salah satu yang terdampak karena orang-orang diminta untuk tetap di rumah. Akhirnya semua produksi terhenti, adanya larangan penerbangan dan perjalanan, larangan pertemuan massa dan sebagainya. Covid-19 telah memicu krisis jenis baru yang berbeda dari krisis sebelumnya seperti krisis di Asia tahun 1998, krisis di Amerika Serikat di tahun 2008 yang juga terjadi di Eropa akibat kebijakan moneter yang terlalu longgar, dan krisis di Nigeria akibat jatuhnya harga minyak mentah di tahun 2016.


Pada krisis di Asia 1998, Indonesia jatuh pada masa-masa kelam di mana nilai rupiah anjlok terdepresi lebih dari 80 persen yakni hingga menyentuh Rp.17.000/dolar Amerika Serikat pada 22 Januari 1998. Akibatnya, pasar uang dan pasar modal runtuh, bank-bank nasional mendadak terlilit kesulitan yang besar tak terkecuali surat utang pemerintah, peringkatnya ikut lengser ke level di bawah "junk" atau menjadi sampah. Lebih dari itu, ratusan perusahaan mengalami masa sulit bahkan kebangkrutan. Sekitar 70 persen lebih perusahaan yang tercatat di pasar modal mendadak berstatus insolvent alias bangkrut. Sektor konstruksi, manufaktur, dan perbankan adalah sektor yang terpukul cukup parah. Sehingga risiko lanjutannya adalah lahirnya gelombang besar pemutusan hubungan kerja (PHK). Pengangguran melonjak ke level yang belum pernah terjadi sejak akhir 1960-an, yakni sekitar 20 juta orang atau 20 persen lebih dari angkatan kerja. Akibat PHK dan melesatnya harga barang juga mengakibatkan naiknya angka kemiskinan, masa itu sekitar 50 persen dari total penduduk Indonesia mengalami kemiskinan.


Setelah semua yang terjadi pada di Indonesia pada tahun 1998, akankah terulang di tengah pandemi Covid-19 ini? Mari kita lihat, International Monetary Fund (IMF) memprediksikan pertumbuhan ekonomi di tahun 2020 menuju angka negatif, hal tersebut diinformasikan melalui pertemuan virtual menteri keuangan dan gubernur bank sentral negara-negara G20. Banyak yang beranggapan situasi saat ini sama seperti yang terjadi di tahun 2008, yang mana terjadi krisis keuangan di bank-bank swasta Amerika Serikat yang kemudian berdampak ke seluruh dunia.


Tercatat pada Kamis 19 Maret 2020, Bank Indonesia menyampaikan aliran modal keluar mencapai Rp.105.1 triliun secara neto. Jumlah itu terdiri dari SBN sebesar Rp92,8 triliun dan saham Rp8,3 triliun. Capital outflow banyak terjadi di bulan maret seiring meningkatnya penyebarn Covid-19 di Amerika Serikat dan Eropa, mereka melepas aset yang kemudian dikonversikan ke dolar Amerika Serikat. Selain itu, akibat himbauan untuk tetap di rumah, banyak perusahaan yang tidak maksimal dalam operasionalnya. Bahkan ada juga kantor, tempat hiburan, mal, bahkan pertokoan yang tutup. Yang menjadi dilema adalah perusahaan tentu tidak ingin merugi dengan operasional yang terbatas, tetapi harus tetap membayar gaji para karyawan. Akibatnya, banyak perusahaan yang melakukan PHK kepada karyawan atau merumahkan mereka. Kementerian Ketenagakerjaan mencatat sudah sebanyak 1,2 juta pekerja telah dirumahkan dan terkena Pemutusan Hubungan Kerja (PHK). Kondisi itu disebabkan oleh perusahaan yang terdampak wabah Covid-19. Berdasarkan data Kemnaker per 7 April 2020, terdapat 39.977 perusahaan yang melakukan PHK dan merumahkan 1.010.579 karyawan.


Jika pandemi ini tidak kunjung berakhir dan malah semakin menyebar maka perekonomian di Indonesia akan benar-benar terancam. Masa kelam krisis tahun 1998 akan terulang kembali, bahkan lebih parah. Indonesia adalah negara besar dengan jumlah penduduk yang banyak, dan apabila virus ini menyebar dengan skala besar, maka akan terjadi kekacauan yang luar biasa. Tenaga dan alat medis yang kurang memadai dan kebijakan pemerintah yang terlalu longgar tidak akan bisa mengontrol kekacauan yang terjadi. Akan ada banyak korban meninggal karena kemiskinan mereka tidak dapat diatasi lantaran matinya ekonomi dan krisis politik akibat kurangnya peran pemerintah dalam penanggulangan dini. Oleh karena itu, untuk mencegah semua ini terjadi di Indonesia, mari kita saling bahu-menbahu untuk terus mengikuti himbauan yang ada, tetap di rumah, menjaga jarak, menjaga kesehatan agar semua bisa kembali bangkit dan keluar dari masa-masa kelam ini.





Sumber :

Ozili, Peterson and Arun, Thankom and UNSPECIFIED.2020. Spillover of COVID-19: Impact on the Global Economy. Diakses dari https://mpra.ub.uni-muenchen.de/99317/ pada 9 april 2020.

Detik news. Memori Krisis Moneter 1997-1998. Diakses dari https://news.detik.com/kolom/d-4032343/memori-krisis-moneter-19971998 pada 9 april 2019.

CNNindonesia. Efek Corona Imf Prediksi Pertumbuhan Ekonomi Global Negative. Diakses dari https://www.cnnindonesia.com/ekonomi/20200324183549-532-486628/efek-corona-imf-prediksi-pertumbuhan-ekonomi-global-negatif pada 9 april 2020.

Kumparan.com. Korban Phk Corona Makin Banyak Sudah Tembus 1.2 Juta Pekerja. Diakses dari https://kumparan.com/kumparanbisnis/korban-phk-akibat-corona-makin-banyak-sudah-tembus-1-2-juta-pekerja-1tBg16KMPMj pada 9 april 2020.

27 views0 comments

Recent Posts

See All

TODAY'S PERSPECTIVE

Euthanasia Tourism As Assisted Suicide Travel by: Vivi Diah Respatie Euthanasia is complicated thing to be discussed. It is because the...

TODAY'S PERSPECTIVE

Krisis Iklim Tanggung Jawab Siapa? Oleh: Danis Nur Azizah Perubahan iklim adalah proses yang menimbulkan dampak negatif bagi kehidupan di...

TODAY'S PERSPECTIVE

Enam Tahun Setelah Paris Agreement Disepakati, Bagaimana Hasilnya? Oleh: Rafika Wahyu Andani Momentum global perubahan iklim yang...

Kommentare


bottom of page