top of page
Writer's pictureIRON FIRE

TODAY'S PERSPECTIVE

Updated: Jun 14, 2020

BELENGGU RASISME RAKYAT PAPUA DI TANAH NKRI

Oleh: Dysta Muhti Rahayu


Masalah rasisime belakangan ini sedang gencar-gencarnya digaungkan diseluruh dunia. Sebagai respon atas kasus kematian George Floyd di Amerika Serikat, seorang pria berkulit hitam yang mengalami kekerasan oleh seorang polisi Amerika berkulit putih yang terus berlutut sampai Floyd tidak bisa bernafas. Tagar #Blacklivesmatter dan aksi protes pun terus digaungkan sampai ke belahan bumi lainnya, termasuk di Indonesia sebagai bentuk protes atas ketidak adilan dan tindakan rasisme yang di terima Floyd di AS.


Namun banyak yang melupakan pekerjaan rumah kita sebagai seorang rakyat Indonesia atas ketidak adilan dan juga tindakan rasisme yang diterima saudara kita, masyarakat Papua yang tersebar di seluruh negeri. Tindakan dan ujaran rasisme serta ketidak adilan yang mereka terima sejak 56 tahun yang lalu dan sampai saat ini ternyata terus mereka hadapi bahkan ketika semua orang membela korban rasisme di negeri lain, seringkali kita lupa untuk terus menggaukan keadilan untuk saudara di tanah kita sendiri. 56 tahun masyarakat Papua masih terus menelan pahitnya rasisme dari mulut dan tindakan dari “saudara” setanah airnya, Papua fobia meraka menyebutnya.


Kata-kata seperti monyet, hitam, bau bahkan diskriminasi terus mereka terima tanpa perlawanan. Pengeroyokan dan penganiayaan massa aksi mahasiswa Papua di Malang pada tanggal 15 Agustus 2019, pengrusakan asrama mahasiswa, dan tindakan rasis yang dilakukan oknum anggota TNI, Polri, Pol PP, dan Ormas di Surabaya pada tanggal 16 Agustus 2019 yang berujung dengan penangkapan mahasiswa Papua penghuni asrama mahasiswa Papua di Surabaya pada 17 Agustus 2019.[1] Pada akhirnya menjadi puncak perlawanan teman-teman Papua di hampir seluruh negeri. Monyet katanya, walaupun kata itu sudah sering secara langsung maupun tidak langsung mereka terima tapi kala itu mereka tidak lagi bisa diam tanpa perlawanan. Namun, lagi-lagi masih banyak teman-teman non Papua yang belum tertarik atas isu ini.


Dalam video wawancara tim BBC Indonesia dengan mahasiswa Papua di Jakarta tahun 2019, mereka membeberkan fakta bahwa mereka masih sering mendapatkan diskriminasi sebagai rakyat Papua bahkan ujaran kata-kata rasis seperti bau, hitam, kotor, dan lain-lain masih menjadi santapan mereka bahkan di tengah masyarakat, di kos-kosan, lingkaran pertemanan, bahkan di kampus tempat yang seharusnya menjadi tempat aman dari ketidak adilan, tapi nyatanya Universitas hanya sebuah bangunan tempat orang yang mampu mendapatkan pendidikan lebih tinggi untuk belajar. Bukan sebagai penjamin keadilan dan kebebasan berserikat serta berkumpul. Bahkan ujaran rasisme juga turut diucapkan oleh tokoh-tokoh politik dan oknum lembaga penegak hukum kepada rakyat Papua termasuk tahanan politiknya hal itu dibeberkan langsung oleh Ambrosius Mulait dalam pledoi yang dibacakan langsung di persidangan oleh Lembaga Permasyarakatan Salemba.[2]


Sampai akhirnya tagar #Papuanlivesmatter menggaung di seluruh negeri yang juga menandakan bahwa saat ini bukan hanya Amerika dan negara-negara barat yang memiliki kasus rasial di negerinya. Namun tagar ini juga seharusnya membuka mata kita rakyat Indonesia dalam membela, memperjuangkan hak, dan tidak membiarkan ujaran dan tindakan rasial terus diterima teman-teman Papua di daerah manapun.


[1] Lembaga bantuan hukum papua. 2019.Indonesia Belum Mampu Membunuh Virus Rasisme dalam Diri Aparatur Negara dan Warga Negaranya. diakses melalui https://ylbhi.or.id/informasi/siaran-pers/74-tahun-bernegara-indonesia-belum-mampu-membunuh-virus-rasisme-dalam-diri-aparatus-negara-dan-warga-negaranya/ pada 12 Juni 2020 [2] Suara Papua. 2020. Mengungkap Fakta Pengalaman Rasisme Sebagai Orang Papua-Melanesia di Indonesia. Diakses melalui https://suarapapua.com/2020/04/14/mengungkap-fakta-pengalaman-rasisme-sebagai-orang-papua-melanesia-di-indonesia/ pada 11 Juni 2020 #Blacklivesmatter #Papuanlivesmatter

30 views0 comments

Recent Posts

See All

TODAY'S PERSPECTIVE

Euthanasia Tourism As Assisted Suicide Travel by: Vivi Diah Respatie Euthanasia is complicated thing to be discussed. It is because the...

TODAY'S PERSPECTIVE

Krisis Iklim Tanggung Jawab Siapa? Oleh: Danis Nur Azizah Perubahan iklim adalah proses yang menimbulkan dampak negatif bagi kehidupan di...

TODAY'S PERSPECTIVE

Enam Tahun Setelah Paris Agreement Disepakati, Bagaimana Hasilnya? Oleh: Rafika Wahyu Andani Momentum global perubahan iklim yang...

Comments


bottom of page