Permasalahan Limbah Masker akibat Covid-19 di Indonesia
Oleh : Divandya Ogusta Ayu Almira
Bulan Maret lalu merupakan tepat satu tahun sejak pandemi Covid-19 melanda Indonesia. Coronavirus disease 2019 (Covid-19) adalah penyakit yang disebabkan oleh jenis coronavirus baru, yaitu Sars-CoV-2. Penyakit ini dilaporkan pertama kali di Wuhan, Tiongkok pada 31 Desember 2019 lalu. Segala upaya telah dilakukan untuk menekan angka kasus positif, baik dari pihak pemerintah maupun dari golongan masyarakat. Kampanye-kampanye pencegahan penularan Covid-19 pun sudah banyak digaungkan sejak tahun lalu, salah satunya yaitu dengan melakukan 3M (memakai masker, mencuci tangan, dan menjaga jarak). Penggunaan masker tumbuh menjadi suatu kebiasaan baru masyarakat, tidak hanya di Indonesia tetapi juga dunia global. Dapat dikatakan juga bahwasanya masker telah berubah menjadi suatu kebutuhan primer karena memiliki fungsi yang sangat penting khususnya sebagai komponen pelindung diri dari penularan Covid-19 itu sendiri. Banyak sekali jenis masker yang terjual di pasaran, baik yang dapat digunakan kembali (reusable mask) maupun masker yang hanya dapat digunakan sekali saja (disposable mask). Peningkatan penggunaan masker oleh masyarakat tentu menimbulkan masalah baru terkait lingkungan yang sejatinya perlu perhatian lebih, yaitu mengenai limbah medis khususnya masker selama masa penanganan pandemi Covid-19.
Tercatat per Februari 2021 terdapat sebanyak 7.502,79 ton limbah medis dari seluruh Indonesia, data ini disampaikan oleh Sinta Saptarina, Direktur Penilaian Kinerja Pengelolaan Limbah B3 dan Limbah Non B3.[1] Diantara 7.502,79 ton limbah medis tersebut tentu limbah masker juga menyumbang peranannya. Data April-Desember 2020 yang dikeluarkan oleh Dinas Lingkungan Hidup DKI Jakarta tercatat ada 1.212 kilogram limbah masker sekali pakai dari rumah tangga.[2] Kemudian, pada Januari 2021 angka tersebut meningkat menjadi 1.538 kilogram.[3] Perihal kenaikan angka limbah masker pada tumpukan sampah rumah tangga sendiri juga dibenarkan oleh Kepala Dinas Lingkungan Hidup (LH) DKI Jakarta, Andono Warih. Beliau menyatakan bahwa limbah yang tadinya terkonsentrasi hanya di fasilitas pelayanan kesehatan kini justru banyak tersebar di tempat pembuangan umum seperti halnya pasar, rumah tangga, dan fasilitas umum lainnya.[4]
Perlu diketahui bahwa limbah masker termasuk ke dalam limbah B3-infeksius, yaitu jenis limbah yang mengandung bakteri atau kuman yang dapat menjadi sumber penyebaran penyakit. Limbah-limbah masker tersebut bisa jadi sebelumnya telah digunakan oleh mereka yang terpapar Covid-19. Banyak penelitian yang menyebutkan bahwa virus penyebab Covid-19 yaitu Respiratory Syndrome Coronavirus 2 (SARS-CoV-2), dapat bertahan dalam kondisi dan jangka waktu tertentu untuk tidak lagi aktif dalam proses penularan manusia. Hal ini tentu saja akan membahayakan mereka khususnya para petugas pengelola limbah-limbah masker apabila dalam proses pengelolaannya tidak dilakukan dengan benar. Maka dari itu, terdapat aturan yang mengatur pengelolaan limbah B3, yaitu Peraturan Pemerintah Nomor 101 Tahun 2014 tentang Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun. Limbah B3, khususnya limbah medis harus dikelola dengan benar sesuai prinsip dan metode yang tercantum dalam peraturan tersebut.
Selain karena pengelolaannya yang harus dilakukan dengan benar, kita juga dihadapkan dengan permasalahan daur ulang terhadap limbah-limbah masker tersebut. Pada umumnya, masker sekali pakai (disposable mask) yang beredar di masyarakat tersusun dari bahan yang sulit untuk didaur ulang, yaitu spunbond dan meltbond. Keduanya memang termasuk ke dalam kategori serat polyester, tetapi serat spunbond dan meltbond memiliki karakteristik tertentu yang membedakan dengan serat polyester biasa sehingga membuatnya sulit untuk didaur ulang. Dilansir dari ekonomi.bisnis.com, berdasar catatan Asosiasi Industri Olefin, Aromatik, dan Plastik Indonesia (Inaplas), bahan daur ulang sendiri memiliki kontribusi kurang lebih 1 juta ton per tahun. Hal itu menunjukkan bahwa plastik daur ulang menopang 20 persen dari konsumsi plastik nasional per tahun yang berarti limbah dari masker sekali pakai berpotensi menghasilkan plastik setidaknya 500.000 ton di tempat penampungan akhir (TPA). [5] Selain dua bahan yang sudah disebutkan sebelumnya, terdapat unsur pembentuk masker lainnya yang juga sulit terurai, yaitu microfiber plastik. Disebutkan bahwa bahan ini dapat terurai menjadi partikel plastik yang lebih kecil, tetapi tidak menutup kemungkinan limbah masker yang mengandung mckrofiber plastik dapat memberi dampak pada lingkungan apabila tidak dilakukan proses pengelolaan yang benar.
Dengan demikian, peningkatan penggunaan masker oleh masyarakat dapat menimbulkan masalah lain yang tidak kalah serius, yaitu mengenai lingkungan karena adanya beberapa komponen penyusun masker sekali pakai yang sulit untuk didaur ulang. Kemudian, tidak menutup kemungkinan juga bahwa limbah masker tersebut dapat mengeluarkan zat kimia dan biologi yang membahayakan seperti halnya sampah plastik pada umumnya. Jika pengolahannya tidak dilakukan secara tepat seperti yang banyak terjadi di lapangan justru akan semakin berpotensi menaikkan angka penyebaran Covid-19. Masyarakat perlu menumbuhkan kesadaran akan pentingnya mengolah sampah masker yang sudah digunakan sebelum dibuang ke tempat sampah agar tidak terjadi hal-hal yang tidak diinginkan. Selain itu, untuk mengurangi limbah masker tersebut terdapat alternatif lain yang dapat dilakukan, yaitu dengan menggunakkan masker yang dapat digunakan kembali (reusable mask).
[1] Republika.id. Limbah Masker Mulai Jadi Ancaman, Diambil dari https://www.republika.id/posts/14230/limbah-masker-mulai-jadi-ancaman, diakses pada 14 April 2021 [2] Ivany Atina Arbi. Pandemi Covid-19 yang Memburuk dan Limbah Masker yang Menumpuk. Diambil dari https://megapolitan.kompas.com/read/2021/01/02/11041791/pandemi-covid-19-yang-memburuk-dan-limbah-masker-yang-menumpuk diakses pada 14 April 2021 [3] Mutia Yuantisya. Pandemi Covid-19, Lebih dari 12.000 Ton Limbah Medis Menumpuk di Jakarta. Diambil dari https://www.pikiran-rakyat.com/nasional/pr-011348247/pandemi-covid-19-lebih-dari-12000-ton-limbah-medis-menumpuk-di-jakarta diakses pada 14 April 2021 [4] Al Sobry. Jangan Brengzek, Jutaan Sampah Masker Bekas Pakai Berbahaya Menumpuk di Jakarta!. Diambil dari https://hai.grid.id/read/072091306/jangan-brengzek-jutaan-sampah-masker-bekas-pakai-berbahaya-menumpuk-di-jakarta?page=all diakses pada 14 April 2021 [5] Andi M. Arief. Ramalan Jadi Kenyataan, Limbah Masker Bikin Pusing Industri Daur Ulang. Diambil dari https://ekonomi.bisnis.com/read/20201014/257/1305084/ramalan-jadi-kenyataan-limbah-masker-bikin-pusing-industri-daur-ulang diakses pada 14 April 2021
DAFTAR PUSTAKA
Arbi, Ivany Atina (2021) . Pandemi Covid-19 yang Memburuk dan Limbah Masker yang Menumpuk. Diambil dari https://megapolitan.kompas.com/read/2021/01/02/11041791/pandemi-covid-19-yang-memburuk-dan-limbah-masker-yang-menumpuk diakses pada 14 April 2021
Arief, Andi M. (2020). Ramalan Jadi Kenyataan, Limbah Masker Bikin Pusing Industri Daur Ulang. Diambil dari https://ekonomi.bisnis.com/read/20201014/257/1305084/ramalan-jadi-kenyataan-limbah-masker-bikin-pusing-industri-daur-ulang diakses pada 14 April 2021
Republika.id. (2021). Limbah Masker Mulai Jadi Ancaman. Diambil dari https://www.republika.id/posts/14230/limbah-masker-mulai-jadi-ancaman, diakses pada 14 April 2021
Sobry, Al (2020). Jangan Brengzek, Jutaan Sampah Masker Bekas Pakai Berbahaya Menumpuk di Jakarta!. Diambil dari https://hai.grid.id/read/072091306/jangan-brengzek-jutaan-sampah-masker-bekas-pakai-berbahaya-menumpuk-di-jakarta?page=all diakses pada 14 April 2021
Yuantisya, Mutia (2021). Pandemi Covid-19, Lebih dari 12.000 Ton Limbah Medis Menumpuk di Jakarta. Diambil dari https://www.pikiran-rakyat.com/nasional/pr-011348247/pandemi-covid-19-lebih-dari-12000-ton-limbah-medis-menumpuk-di-jakarta?page=2 diakses pada 14 April 2021
[1] Republika.id. Limbah Masker Mulai Jadi Ancaman, Diambil dari https://www.republika.id/posts/14230/limbah-masker-mulai-jadi-ancaman, diakses pada 14 April 2021
[2] Ivany Atina Arbi. Pandemi Covid-19 yang Memburuk dan Limbah Masker yang Menumpuk. Diambil dari https://megapolitan.kompas.com/read/2021/01/02/11041791/pandemi-covid-19-yang-memburuk-dan-limbah-masker-yang-menumpuk diakses pada 14 April 2021
[3] Mutia Yuantisya. Pandemi Covid-19, Lebih dari 12.000 Ton Limbah Medis Menumpuk di Jakarta. Diambil dari https://www.pikiran-rakyat.com/nasional/pr-011348247/pandemi-covid-19-lebih-dari-12000-ton-limbah-medis-menumpuk-di-jakarta diakses pada 14 April 2021
[4] Al Sobry. Jangan Brengzek, Jutaan Sampah Masker Bekas Pakai Berbahaya Menumpuk di Jakarta!. Diambil dari https://hai.grid.id/read/072091306/jangan-brengzek-jutaan-sampah-masker-bekas-pakai-berbahaya-menumpuk-di-jakarta?page=all diakses pada 14 April 2021
[5] Andi M. Arief. Ramalan Jadi Kenyataan, Limbah Masker Bikin Pusing Industri Daur Ulang. Diambil dari https://ekonomi.bisnis.com/read/20201014/257/1305084/ramalan-jadi-kenyataan-limbah-masker-bikin-pusing-industri-daur-ulang diakses pada 14 April 2021
Commentaires